BAB I
PENDAHULUAN
Ordo Strigiformes adalah kelompok burung yang sering disebut dengan nama burung hantu. Burung ini termasuk golongan burung buas (karnivora, pemakan daging) dan merupakan hewan malam (nokturnal). Seluruhnya, terdapat sekitar 222 spesies yang telah diketahui, yang menyebar di seluruh dunia kecuali Antartika, sebagian besar Greenland, dan beberapa pulau-pulau terpencil. Di dunia barat, hewan ini dianggap simbol kebijaksanaan, tetapi di beberapa tempat di Indonesia dianggap pembawa pratanda maut, maka namanya Burung Hantu. Walau begitu tidak di semua tempat di Nusantara burung ini disebut sebagai burung hantu. Di Jawa misalnya, nama burung ini adalah darès atau manuk darès yang tidak ada konotasinya dengan maut atau hantu. Di Sulawesi Utara, burung hantu dikenal dengan nama Manguni.
Burung hantu dikenal karena matanya besar dan menghadap ke depan, tak seperti umumnya jenis burung lain yang matanya menghadap ke samping. Bersama paruh yang bengkok tajam seperti paruh elang dan susunan bulu di kepala yang membentuk lingkaran wajah, tampilan "wajah" burung hantu ini demikian mengesankan dan terkadang menyeramkan. Apalagi leher burung ini demikian lentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang.
Umumnya burung hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitam dan putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan, begitu pun ketika tidur di siang hari di bawah lindungan daun-daun. Ekor burung hantu umumnya pendek, namun sayapnya besar dan lebar. Rentang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya.
Kebanyakan jenis burung hantu berburu di malam hari, meski sebagiannya berburu ketika hari remang-remang di waktu subuh dan sore (krepuskular) dan ada pula beberapa yang berburu di siang hari. Mata yang menghadap ke depan, dan adanya banyak sel batang serta sedikitnya sel kerucut sehingga membuat burung hantu dapat melihat dengan jelas di malam hari, namun tidak pada siang hari. Hal ini juga memungkinkan burung hantu untuk dapat mengukur jarak mangsanya dengan tepat. Adanya paruh yang kuat dan tajam, kaki yang cekatan dan mampu mencengkeram dengan kuat, dan kemampuan terbang tanpa berisik, merupakan modal dasar bagi kemampuan berburu dalam gelapnya malam. Beberapa jenis bahkan dapat memperkirakan jarak dan posisi mangsa dalam kegelapan total, hanya berdasarkan indera pendengaran dibantu oleh bulu-bulu wajahnya untuk mengarahkan suara. Burung hantu berburu aneka binatang seperti serangga, kodok, tikus, dan lain-lain.
Sarang terutama dibuat di lubang-lubang pohon, atau di antara pelepah daun bangsa palem. Beberapa jenis juga kerap memanfaatkan ruang-ruang pada bangunan, seperti di bawah atap atau lubang-lubang yang kosong. Bergantung pada jenisnya, bertelur antara satu hingga empat butir, kebanyakan berwarna putih atau putih berbercak.
BAB II
PEMBAHASAN
Burung hantu adalah burung yang menarik, dan sejak zaman kuno, mereka mungkin ditakuti, dihormati, dianggap beruntung ataupun juga tidak. Hal ini karena mereka sering berhubungan dengan berbagai takhayul.
A. Ragam Jenis
Ordo Strigiformes terdiri dari dua suku (familia), yakni suku burung serak atau burung-hantu gudang (Tytonidae) dan suku burung hantu sejati (Strigidae). Banyak dari jenis-jenis burung hantu ini yang merupakan jenis endemik (menyebar terbatas di satu pulau atau satu region saja) di Indonesia, terutama dari marga Tyto, Otus, dan Ninox.
1. Familia Tytonidae
Burung-burung hantu yang termasuk keluarga Tytonidae memiliki karakteristik utama yaitu memiliki wajah berbentuk hati (disc wajah) , terbentuk oleh bulu kaku yang berfungsi untuk menjelaskan dan mencari sumber suara ketika berburu. Burung hantu tytonidae mempunyai adaptasi lebih lanjut dalam menghilangkan suara pada saat terbang, hal ini karena sayap nya terdiri dari bulu-bulu yang halus seperti kapas.
Burung-burung ini sangat baik di malam hari yang disesuaikan dengan perilaku mereka, berkat bentuk dan komposisi bulu 'dari disk wajah, adanya telinga asimetris dan penglihatan yang tajam mereka, karena mata yang besar. Mereka melakukan penerbangan secara diam-diam agar tidak terdeteksi oleh mangsa potensial mereka.
Menurut spesiesnya, burung hantu ini sering terdapat di hutan, lahan pertanian, rawa-rawa, pinggiran bakau, dataran rendah dengan pohon-pohon tersebar dan terutama di darah pemukiman penduduk. Karena di tempat-tempat seperti itulah habitat yang cocok untuk berburu dan bersarang. Keluarga burung Tytonidae hampir semuanya merupakan burung malam, hidup sendirian atau berpasangan. Mereka sering berpindah-pindah dan menempati wilayah mereka sepanjang tahun atau selama beberapa tahun.
Saat malam hari, mereka mengucapkan berbagai dencitan dan jeritan, tetapi juga bersiul beberapa suara. Selama musim kawin, mereka memberikan suara yang sangat riuh yang ditujukan untuk lawan jenis nya. Contoh spesies dari keluarga Tytonidae adalah Tyto alba.
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Strigiformes
Family : Tytonidae
Genus : Tyto
Species : Tyto alba
b. Karaterisasi dan Keanekaragaman
Tyto alba sering disebut juga sebagai burung hantu gudang. Disebut Burung Hantu Gudang karena mereka sering membuat sarang di gudang-gudang yang ada di sekitar pemukiman. Burung Hantu Gudang ini termasuk dalam jenis burung hantu berukuran medium. Ciri utama burung ini adalah wajah yang berbentuk piringan atau berbentuk hati. Jenis dari burung hantu ini yaitu bersuara serak, sehingga ia disebut juga Burung Hantu Serak atau Serak Jawa. Burung Hantu serak ini berwarna pucat, dan memiliki kaki dan sayap yang panjang. Kakinya antara 33–39 sentimeter panjangnya, dengan rentang sayap sebanyak 80–95 sentimeter.
Ada beberapa subspesies yang berbeda dari segi warna bagian bawahnya. Umpamanya, Tyto alba dari Eropa barat berwarna hampir putih murni pada bagian bawahnya, tetapi Tyto alba dari Eropa tengah berwarna jingga. Tetapi pada umumnya semua kaum Burung Hantu serak berwarna kelabu dan kuning tanah di bagian atas nya.
c. Distribusi
Burung Hantu Serak hidup di seluruh dunia dan di setiap benua , kecuali Antartika. Ia adalah burung kawasan pedesaan yang terbentang seperti tanah pertanian, dan lebih suka memburu hewan kecil atau tikus di sepanjang pinggir hutan. Burung ini agak sedentari dan nokturnal atau krepuskul .
d. Habitat
Burung ini tersebar di berbagai macam hutan atau dataran rendah yang jarang pohon, di daerah-daerah berbatu, gua, dan sawah verges, namun kebanyakan burung hantu jenis ini tinggal di wilayah perkotaan atau pemukiman.
2. Familia Strigidae
Familia Strigidae merupakan kelompok burung hantu sejati. Kelompok burung hantu ini dapat di temui menyebar di seluruh dunia, kecuali daerah antartika dan pulau-pulau di sekitarnya. Untuk daur kehidupannya, antara family Tytonidae dan family Strigidae pada umumnya sama. Contohnya, pada waktu siang, burung hantu duduk dengan senyapnya dan tidak bergerak-gerak di celah-celah daun yang tebal di atas pohon. Pada waktu senja, burung itu terbang ke kawasan pemburuannya.. Biasanya burung itu bertenggek pada dahan yang rendah yang berjuntai di atas permukaan air. Apabila mangsanya, biasanya ikan, katak, udang, dan serangga air, berada hampir dengannya, burung itu menyerang dan menangkap mangsanya,
Burung hantu dari family Strigidae ini pun dapat melihat dalam cahaya yang samar-samar. Pendengarannya juga tajam hingga dapat mencari mangsanya dalam keadaan yang gelap gulita. Namun walau bagaimanapun, ada juga burung hantu yang memburu pada siang hari, seperti burung hantu telinga pendek (Asio flammeus) di Kutub Utara.
Burung hantu dari keluarga Strigidae bersarang dan bertelur di dalam lubang di batang pokok. Burung ini bertelur sekali sebiji dan terus mengeramkan telur itu selama satu atau dua hari hingga menetas. Kemudian burung hantu bertelur lagi, sebiji juga, dan proses yang sama berulang. Telur burung hantu berwarna putih. Yang menariknya, kedua-dua burung jantan dan burung betina menjaga telur dan anak.
Di Indonesia, khususnya di Sunda Besar (Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan) dari falimy Stringidae terdapat sekitar dua puluh jenis, diantaranya Beluk Jampuk (Bubo sumatranus), Beluk Ketupa (Ketupa ketupu), Celepuk Reban (Otus lempiji), Kukuk Seloputu (Strix seloputo).
a. Bubo Sumatranus
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Strigiformes
Family : Strigidae
Genus : Bubo
Species : Bubo sumatranus
Bubo sumatranus memiliki alis seperti tanduk, memiliki ukuran tubuh yang besar (45 cm) dengan garis-garis tebal. Bulu abu-abu tua dengan berkas telinga horizontal mencolok, tubuh bagian atas coklat kehitaman, bergaris kuning tua halus seluruhnya, dan memiliki alis putih. Bagian bawah tubuh abu-abu keputih-putihan bergaris hitam tebal. Saat terbang suaranya terdengar keras dalam “wuuh” atau “hua-wuh”, dan suara seperti tertawa “kakakaka”.
Di Indonesia Bubo sumatranus tersebar muai dari semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, Bangka, Jawa dan Bali. Burung hantu jenis ini hidup di hutan-hutan dataran rendah sampai ketinggian 1000 m diatas permukaan laut. Mangsa nya berupa mamalia kecil seperti tikus, ular, ikan-ikan kecil, dan burung-burung kecil yang di peroleh dengan brburu menyambar dari tenggeran dan melompat-lompat dengan cekatan di tanah. Bubo sumatranus juga gemar mandi-mandi di kolam-kolam atau sungai dan mulai aktivitas keluar dari persembunyian pada saat senja hari.
Distribusi Beluk Jampuk Bubo sumatranus:
b. Ketupa ketupu
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Strigiformes
Family : Strigidae
Genus : Ketupa
Species : Ketupa ketupu
Ketupa ketupu sering disebut juga dengan burung hantu kuning, hal ini disebabkan oleh bulu-bulunya yang berwarna kuning kecoklatan. Burung hantu ini mempunyai mata bulat yang besar yang berwarna kuning dan menghadap ke depan, Bersama paruh yang bengkok tajam / melengkung seperti paruh elang dan susunan bulu di kepala yang membentuk lingkaran wajah, tampilan "wajah" burung hantu ini demikian mengesankan dan terkadang menyeramkan. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan, begitu pun ketika tidur di siang hari di bawah lindungan daun-daun.
Burung Hantu Kuning terdapat di Brunei, Kemboja, Cocos (Keeling) Islands, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Habitat-nya yang cocok adalah di kawasan tropika atau hutan montane tropika lembab. Burung hantu ini layaknya burung hantu yang lain, burung ini juga berkembangbiak dengan cara bertelur.
c. Otus lempiji
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Strigiformes
Family : Strigidae
Genus : Otus
Species : Otus lempiji
Otus lempiji atau yang sering disebut dengan celepuk reban memiliki tubuh yang relatif kecil, dengan panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20-21 cm. Panjang sayap sekitar 15 cm, dan berat sekitar 100 gram.
Seperti umumnya burung hantu, celepuk ini berwarna burik. Banyak jenis celepuk yang warnanya bermiripan, sehingga untuk melakukan identifikasi harus dilakukakan dengan hati-hati. Atau juga dapat dengan bantuan lainnya, yaitu dengan menggunakan suaranya. Celepuk jantan bersuara lebih lembut, “wuup…” dengan sedikit meninggi. Sedangkan yang betina bernada tinggi dan berubah menurun, keras, dan bergetar, seperti “whiio” atau “pwok”. Hal ini dilakukan celepuk betina sekitar lima kali per menit. Terkadang juga mengeluarkan cicitan lembut. Pada burung hantu celepuk ini tingkah laku yang khas yaitu celepuk jantan dan celepuk betina hidup berpasang-pasangan dan sering melakukan duet.
B. Susunan dan Fisiologi Strigiformes
a. System Digestorium
Saluran pencernaan pada burung hantu terdiri atas:
1. Paruh (rostrum) : merupakan modifikasi dari gigi
2. Rongga mulut (cavum oris): terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut dan tanduk
3. Faring: berupa saluran pendek, oeshopagus pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini yang disebut dengan tembolok, yang berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat di isi dengan cepat.
4. Lambung (ventriculus) terdiri atas:
1). Proventriculus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding ototnya tipis.
2). Ventriculus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdindin tebal.
5. Intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka.
b. System respiratori
Burung hantu layaknya burung-burung yang lain, bernapas dengan paru-paru yang berhubungan dengan kantong udara (akkus pneumatikus) yang menyebar sampai ke leher, perut dan sayap. Organ respirasi nya meliputi:
1. Nares asteriores (lubang hidung)
2. Nares posteriors
3. Glottis
4. Larynk
5. Trachea
6. Broncus
7. Pulmo
8. Syrinx
c. System Cardiovascular
Burung mempunyai jantung yang terdiri dari empat ruang, yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel,namun tidak memiliki sinus venosus. Kedua atria dan kedua ventrikel masing-masing telah mempunyai septum atriurum dan septum ventriculorum yang sempurna, sehingga darah bersih tidak bercampur. System peredaran burung adalah system peredaran darah tertutup dan rangkap.
d. System syaraf
Sistem syaraf berupa otak dan sum-sum tulang belakang. Otak besar dan otak kecil berkembang dengan baik. Permukaan otak kecil berlipat-lipat sehingga permukaanya semakin luas. Hal tersebut membuat burung meiliki keseimbangan yang baik. Burung memiliki pusat penglihatan yang baik. Pusat penglihatan ini merupakanpelebaran dari otak bagian tengah yang membentuk dua gelembung. Pusat pembau berukuran kecil sehingga indera pembau tidak berkembang dengan sempurna.
Organon sensoris burung memiliki indera penglihatan yang sangat baik. Susunan matanya sama dengan mata manusia. Retina mata burung mempunyai dua macam sel penerima cahaya yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang peka erhadap rangsang cahaya lemah. Pda burung hantu retina mata mengandung banyak sel batang. Banyaknya sel batang mengakibatkan burung hantu dapat melihat dengan baik pada saat malam hari ( di tempat gelap). Sebaliknya pada siang hari burug hantu tidak dapat melihat dengan baik.
e. System reproduksi
Burung merupakan kelompok hewan ovipar. Walaupun burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
f. System ekskresi
Alat ekskresi pada burung terdiri dari ginjal ( metanefros), paru-paru dan kulit. Burung memiliki sepasang ginjal yang berwarna cokelat,. Saluran ekskresi terdiri dari ginjal yang menyatu dengan saluran kelamin pada bagian akhir usus(kloaka). Burung mengekskresikan zat berupa asam urat dan garam. Kelebihan larutan garam akan mengalir ke rongga hidung dan keluar melalui nares. Burung hamper tidak memiliki kelenjar kulit, tetapi memiliki kelenjar minyak yang terdapat pada tunggingnya. Kelenjar minyak ini berguna untuk meminyaki bulu-bulunya.
C. Habitat dan Distribusi
Burung hantu adalah burung global kerana penyebarannya luas dan merata di seluruh dunia. Ada sedikitnya sekitar 134 jenis burung hantu tersebar merata diseluruh dunia. Misalnya, burung hantu kubur kelihatan juga di Britain, Afrika, dan Australia. Lingkungan seperti hutan atau dataran rendah yang jarang pohon, di daerah-daerah berbatu, gua, dan sawah verges, di wilayah perkotaan atau pemukiman adalah habitat yang cocok untuk burung hantu.
D. Manfaat bagi ekosistem dan Manusia
Keanekaragaman hayati merupakan komponen ekosistem yang sangat penting. Selain berfungsi untuk menunjuang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-masing jenis organisme memiliki peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat digantikan oleh jenis yang lain. Sebagai hal nya, burung hantu. Burung hantu mengambil posisi dalam rantai makanan di ekosistem sawah sebagai pemakan tikus. Jika pemangsa ini dilenyapkan oleh manusia, maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus.
BAB III
KESIMPULAN
Burung hantu yang dalam bahasa inggrisnya disebut owl ini termasuk spesies burung nokturnal (beraktivitas di malam hari) yang berkaki dua. Penglihatannya sangat tajam sehingga burung hantu bisa melihat mangsanya dari jarak yang sangat jauh, inilah yang membedakan burung hantu dengan burung-burung lainnya. Bentuk muka burung hantu berbeda dengan bentuk burung biasa, mukanya rata seperti manusia dengan kedua matanya menghadap ke depan.
Burung hantu memiliki wajah serius dengan mata yang besar. Ini membantunya mencari makanan dalam kegelapan. Paruhnya yang bengkok ke bawah dan tajam mirip kait berguna untuk mengoyak daging. Burung hantu juga mempunyai bulu-bulu jambul yang lembut. Burung hantu jantan dan betina sekilas terlihat serupa, hanya burung hantu betina biasanya 25 persen lebih besar dari si jantan.
Burung hantu memiliki bulu-bulu sayap yang halus untuk membantunya terbang hampir tanpa suara dan bisa mengejutkan mangsanya. Jurusnya mantap, lho. Seringkali mangsanya tidak bisa menghindar dari sergapan si burung hantu. Burung hantu selalu berburu pada malam hari. Mangsanya pun nggak jauh beda dengan mangsa si burung elang, yaitu hewan mamalia kecil seperti tikus dan ular sawah. Jadi, walaupun menyeramkan, sebenarnya burung hantu sangat membantu untuk membasmi tikus serta menjadi indikator kesehatan hutan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010.Jenis-jenis Burung. http://satwaunik.blogspot.com/2010/02/jenis-jenis-burung.html. diakses pada tanggal 21 April 2010 jam 19.00 WIB
Anonim, 2010. Burung Hantu. http://burungkecilku.blogspot.com/2010/04/belukjampukbarred-eagle-owlbubo.html. Diakses pada tanggal 26 april 2010 pukul 14.00 WIB
Anonim, 2010. Tahukah Anda? Burung Hantu. http://www.cybermelayu.com/newriang/tahukah/tahukah_32/index.htm. Diakses pada tanggal 27 april 2010 pukul 13.00 WIB
Anonim, 2010. Burung Hantu Kuning. http://simbianalva.blogspot.com/2009/12/sisa-pl-taksonomi-hewan.html. Diakses pada tanggal 27 april 2010 pukul 13.00 WIB
Anonim, 2010. Burung Hantu Kelabu Besar. http://id.wikipedia.org/wiki/Burung_hantu_kelabu_besar.Diakses pada tanggal 27 april 2010 pukul 13.00 WIB
Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta: Erlangga
makalah presentasi klasifikasi hewan................
BalasHapus